Selasa, 11 November 2008

PENGEMIS

Tadi pas pelajaran PKN guru PKN gue  ngebahas betapa sebelnya dia sama pengemis gadungan. Alias pengemis bohongan, yang kakinya sok-sok buntung padahal cuma dilipat, atau tangan yang sok-sok diperban seakan-akan habis kecelakaan, juga sama ibu-ibu yang bawa bayi padahal itu bukan bayi dia, bayinya hanya dipake sebagai ‘hiasan’.

gue berpikir… dan mengeluarkan opini gue ke teman gue namanya Tessa,

 

“jujur ya tess, gue nggak terlalu peduli lho dia mau pura-pura sakit kek, cacat kek, tapi mereka tetap aja miskin dan perlu dibantu, ya nggak?”

“iya juga ya, gue juga sependapat sama lo, karena nggak peduli kalo mereka pura-pura, mereka tetep perlu uang, khususnya untuk makan,”

“dan pada saat lo ngasih uang, 5 ribuuuuuu aja rasanya lo lega, karena lo tau hari itu dia punya uang seenggaknya buat beli nasi sama telor, atau beli gorengan atau apalah yang bisa ngisi perut dia, ya kan??”gue meneruskan dan Tessa  meng-iyakan.

 

Gue masih bingung dengan jalan pikir guru PKN gue, kenapa juga masalah kayak gitu dibesar-besarkan?it wasn’t such a big deal rite?

Kalo lo nggak mau ngasih uang, ya udah, tapi kan nggak usah marah-marah juga, namanya orang juga usaha mau dapet uang. Gue tau caranya salah, namun apa lagi yang bisa mereka lakukan?bagaimana mereka bisa bekerja jika orang untuk mempercayai mereka saja tidak mudah…

 

 

P.s : mereka hanya berusaha untuk mengisi perut mereka, cobalah tengok keluar jendela mobil saat di lampu merah, keluarkan berapapun yang kamu punya, dengan begitu kamu telah membantu 1 dari 1 milyar bahkan triliunan orang yang memiliki perut kosong hari itu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar